Bersihkan dan Rapikan Arca Sebagai Ritual Tahunan

Menengok Tradisi Imlek di Kalimantan Selatan (Bagian 2)

“Pembersihan Arca adalah rutinitas tahunan sebelum Imlek. Saat perayaan Imlek kedua tempekong (Soetji Nurani dan Po An Kiong Banjarmasin, red) ini selalu dipadati warga yang ingin berdo’a,” ujar Tiono Husin.

Catatan: Hendra Rifani, Banjarmasin

Selain Klenteng Soetji Nurani yang berlokasi di Jalan Veteran, di Banjarmasin masih ada satu lagi Klenteng bernama Tempat Ibadah Tri Dharma (TTID) Karta Raharja atau yang lebih dikenal dengan sebutan Po An Kiong berlokasi di Jalan Niaga No 45 Banjarmasin.

Bahkan Klenteng yang satu ini boleh dibilang sedikit unik. Selain usianya yang lebih tua dibanding Klenteng Sotji Nurani, klenteng ini juga menyimpan banyak catatan sejarah di Banjarmasin.

Sebagai salah satu bukti sejarah yang saat ini oleh pemerintah kota Banjarmasin dijadikan objek pariwisata dan cagar budaya, Klenteng Po An Kiong menyimpan sejuta kenangan yang tak bisa dilupakan oleh warga Tionghoa di Banjarmasin.

Dari catatan sejarah yang dimiliki Tiono Husin, salah satu Pengurus Klenteng Po An Kiong, sejumlah hal ganjil di luar logika pernah terjadi. Salah satunya pada tahun 1942, di mana tidak meledaknya bom yang dijatuhkan pesawat tentara sekutu Australia.

“Menurut catatan sejarah, bom dijatuhkan tepat di atas Klenteng Po An Kiong. Namun bom tidak meledak dan hanya merusak atap dan Meja Altar KWANG CE CUN WANG yang ada di dalam klenteng,” terangnya.

Selain itu, Tiono Husin menceritakan, Klenteng Po An Kiong yang awalnya dibangun di tepian Sungai Martapura atau Pasar Harum Manis sebelum dipindah ke kawasan Jalan Niaga akibat kebakaran, juga pernah memiliki catatan sejarah saat kerusuhan 23 Mei tahun 1997 lalu. Saat itu, sejumlah penganut Tri Dharma melihat sosok tentara turun dari langit menjaga Po An Kiong dari amuk massa saat kerusuhan.

“Kepercayaan kami menyebut yang turun dari langit itu adalah penjaga Po An Kiong karena situasi yang genting saat itu,” terangnya.

Bicara arsitektur, Po An Kiong hampir sama dengan Soetji Nurani dimana didominasi arsitek Tiongkok yang mengedepankan Feng Sui dalam pembuatan bagunan. Awalnya, Po An Kiong yang dibangun pada 1898 di tepian sungai Martapura, jelas menggambarkan salah satu cabang ajaran Tri Dharma yakni Hong Soo diyakini membawa ketenangan.

Tahun 1914 atas prakarsa tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa Banjarmasin, dibangunlah Klenteng Po An Kiong di Jalan Niaga Banjarmasin. “Dulu kawasan Pasar Niaga tidak sepadat saat ini. Makanya dari kawasan Pasar Harum Manis dipindah ke Jalan Niaga yang sudah dipilih paling tepat posisinya menurut Feng Sui,” terangnya.

Dijelaskan Tiono Husin, baik Tempekong Soetji Nurani di Jalan Veteran maupun Po An Kiong di Jalan Niaga, memiliki fungsi yang sama sebagai salah satu tempat ibadah dan simbol kerukunan umat beraga di Banjarmasin.

Jelang Imlek tahun ini yang dirayakan pada 28 Januari nanti, sejumlah Arca yang ada di Po An Kiong dan Soetji Nurani sudah mulai dirapikan dan dibersihkan. “Pembersihan Arca adalah rutinitas tahunan sebelum Imlek. Saat perayaan Imlek kedua tempekong ini selalu dipadati warga yang ingin berdoa. Tidak ada persiapan khusus karena Imlek dilakukan dengan konsep penuh kesederhaan,” imbuhnya.(bersambung)