Kian Sepi, Operasional Longboat Tak Lagi sampai Malam

Nasib Transportasi Tradisional di Banjarmasin (Bagian 3)

Dulu, longboat mampu menampung 50-60 penumpang dengan intensitas 10 kali keberangkatan per harinya. Dari pagi hingga pukul 22.00 Wita.

SEPI: Jumlah penumpang longboat menurun drastis setelah ada Jembatan Barito.

Catatan: Budi Setiawan, Banjarmasin

Perkembangan transportasi darat serta tumbuhnya infrastruktur jalan antar provinsi Kalsel-Kalteng membuat moda transportasi sungai di dermaga kapal penumpang Pasar Sudimampir dan Ujung Murung, Kota Banjarmasin, kian sepi.

Pada tahun 1980-1990, ketika tempat tambat kapal hanya berupa dermaga darurat dari kayu galam, banyak pengusaha jasa angkutan sungai berlomba memburu rezeki dari moda transportasi sungai antar provinsi ini.

Bahkan sempat ada organisasi yang mewadahi benama Gapasdap (Gabungan Pengusaha dan Penyeberangan) beranggotakan kurang lebih 50 pengusaha. Dengan sistem dana pribadi, mereka lantas membangun dermaga sederhana untuk kepentingan operasional.

Kemudian pada tahun 90-an, barulah Kota Banjarmasin membangunkan dermaga kapal yang pengelolaannya di bawah kewenangan Dinas Perhubungan.

Yayan, yang dulunya adalah salah satu anggota Gapasdap mengungkapkan kepada Media Kalimantan, saat itu kapal longboat yang ada masih menggunakan trayek Banjarmasin-Kalteng. Dengan tujuan Anjir, Kapuas, Belawang, Berambai, serta Mangkatip. Itupun dengan tarif antara Rp 1.000-Rp 1.500.

Dalam satu kali pemberangkatan, kapal kapal getek serta longboat ini sendiri mampu menampung 50-60 penumpang, dengan intensitas 10 kali keberangkatan per harinya. Dari pagi, hingga pukul 22.00 Wita.

Namun seiring perkembangan zaman serta moda transportasi darat yang kian pesat, nasib jasa transportasi sungai ini semakin suram. Kini pengusaha jasa angkutan ini pun tinggal hitungan jari. Apalagi semenjak pemerintah pusat membangun jembatan lintas Provinsi yaitu Jembatan Barito di tahun 2000, seakan langsung menikam urat nadi rezeki para pengusaha jasa angkutan sungai tersebut.

“Kondisi tersebut sungguh sangat terasa saat pembangunan Jembatan Barito selesai dilakukan, yang mana para penumpang yang kebanyakannya adalah pedagang lebih memilih jalur darat untuk bertransaksi ataupun berbelanja ke Kota Banjarmasin,” jelasnya.

Saat ini kapal getek longboat hanya tersisa 2 armada dan 1 buah kapal jurusan Pagatan yang kini mulai sepi. Bahkan seringkali tidak ada penumpangnya.

“Sekarang rata-rata pengusaha kapal ini hanya mampu mengangkut penumpang paling banyak 10 orang. Bahkan hanya 5 orang. Tarifnya Rp 15.000 sampai dengan Rp 20.000 saja, itupun untuk trayek yang dekat saja seperti Anjir,” kisahnya.

Yayan menambahkan, sepinya penumpang membuat para pengusaha kapal ini memilih jam operasional dengan singkat. Yakni pagi hari hingga pukul 12.00 Wita.

“Bila dulu kita bisa lihat banyak kapal penumpang berjejer di dermaga Pasar Ujung Murung dan Pasar Lima. Kini yang bisa kita lihat hanya onggokan kapal yang lebih banyak diam untuk tambat dibandingkan mengantarkan penumpang,” tandasnya.(budi)