Antara Kanker dan Buku

(Sebuah Terapi di Hari Kanker Sedunia)

Oleh: Ahmad Syawqi

Pustakawan Madya IAIN Antasari Banjarmasin

Setiap tanggal 4 Februari masyarakat dunia memperingati Hari Kanker Sedunia (World Cancer Day = WCD). Hal ini dilakukan untuk mengingatkan dunia tentang penyakit kanker dan dampak serta pentingnya upaya pengendalian kanker. Peringatan WCD ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa kanker dapat dikendalikan bersama dan mulai dari diri kita sendiri. Tema WCD tahun 2017 adalah ‘We Can I Can’ (Kami Bisa, Aku Bisa). Tema ini menegaskan kepada setiap orang, dapat berperan dalam mengurangi beban dan permasalahan kanker

Penyakit kanker masih menjadi permasalahan yang serius di seluruh dunia, baik di negara-negara yang sudah maju maupun berkembang. Karena jumlah penderita kanker yang terus meningkat demikian pula dengan kematiannya. Dari 7,6 kematian akibat kanker setiap tahun 4,8 juta terjadi di negara-negara berkembang. Penyakit yang dulu dianggap banyak terjadi di negara maju ini sekarang lebih banyak menimpa rakyat miskin di bagian dunia lainnya. Sehingga perlu adanya peningkatan upaya promotif-preventif melalui sosialisasi, advokasi, dan edukasi di berbagai elemen masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap bahaya kanker.

Menurut data terakhir yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2012, diantara 10 penyakit yang paling mematikan di dunia, kanker menduduki urutan kelima sebagai penyebab kematian dengan jumlah kematian mencapai angka 1,6 juta jiwa (2,9%) 7,4 juta jiwa atau 13 persen dari total kematian. Menurut laporan World Cancer 2014 International Agency for Research on Cancer (IARC) di WHO, pada 2012 ada sekitar 14 juta kasus baru kanker terjadi. Yang paling umum adalah 13 persen kanker paru, 11,9 persen payudara, dan 9 persen tumor usus. Kanker paru-paru merupakan penyebab yang paling umum dari kematian dengan perkiraan 8,2 juta kematian. Menurut IARC, sekitar 70 persen kematian kanker terjadi di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Selatan.

Di beberapa negara Afrika, tidak lebih dari 15 persen penderita kanker mampu bertahan selama lima tahun setelah didiagnosis menderita kanker rahim dan kanker payudara, penyakit yang umumnya di negara-negara lain bisa disembuhkan. Angka ini menunjukkan statistik yang mengejutkan dengan implikasi yang menyangkut penderitaan manusia, sistem dan anggaran layanan kesehatan masyarakat, serta upaya internasional untuk mengentaskan angka kemiskinan. Maka, ini harus menjadi cambuk bagi kita semua untuk mengambil tindakan.

Terapi Kanker

Bagi sebagian orang memandang bahwa orang yang mengidap kanker merupakan suatu penyakit dan aib yang ada pada diri seseorang. Pandangan ini tentunya bisa membuat mereka yang mengidap kanker seperti kanker paru menjadi orang yang terasing dari lingkungan mereka. Lebih-lebih lagi membuat jiwa mereka depresi menjadi seorang yang tidak memiliki semangat hidup.

Dalam dunia kepustakawanan, ada satu terapi yang sangat berguna bagi setiap orang termasuk bagi pengidab kanker yang mampu membuat jiwa raga seseorang menjadi lebih sehat, yaitu Biblioterapi.

Istilah Biblioterapi atau berasal dari kata biblion dan therapeia. Biblion berarti buku atau bahan bacaan, sementara therapei artinya penyembuhaan. Jadi, biblioterapi dapat dimaknai sebagai upaya penyembuhan lewat buku yang dibaca. Karena dengan buku yang dibaca seperti buku tentang kesehatan akan memberikan informasi tentang kesehatan.

Sebagai contoh juga ketika kita membaca Alqur’an sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada hambanya, selain untuk dibaca juga memiliki kemu’jizatan yang luar biasa yang bisa menjadi syifa (penyembuh) media terapi bagi yang membaca maupun yang mendengarnya.

Al-Qurthubi seorang mufassir Islam terkenal menjelaskan, ada beberapa pendapat dalam menafsirkan kata syifa` pada ayat Al-Aqur’an. Pertama, Alqur’an dapat menjadi terapi bagi jiwa seseorang yang dalam kondisi kebodohan dan keraguan. Kedua, Alqur’an membuka jiwa seseorang yang tertutup dan menyembuhkan jiwa yang rapuh. Ketiga, membaca Alqur’an juga menjadi terapi untuk menyembuhkan penyakit jasmani, termasuk kanker.

Hal yang sama juga dikemukakan Ibnu Qayyim al-Jauziyah., membaca Alqur’an dapat mengobati penyakit jasmani dan rohani seseorang. Bagi Ibnu Qayyim, sumber penyakit rohani ketika seseorang menuntut ilmu bukan mengharapkan ridha Allah, kemudian menjalani hidup dengan tujuan yang salah.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Al-Qadhi di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat bahkan membuktikan pengaruh membaca dan mendengarkan Alqur’an, baik yang berbahasa Arab maupun bukan, terhadap kondisi psikologis.Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan membaca atau dibacakan Alqur’an, seseorang dapat mengalami penurunan depresi dan kesedihan, juga memperoleh ketenangan jiwa sebanyak 97%. Penelitian ini ditunjang dengan alat pendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Dr. Al Qadhi, ada juga peneliti lain yang membuktikan pengaruh Alqur’an terhadap kondisi jiwa, yaitu penelitian Muhamad Salim yang dipublikasikan oleh Universitas Boston. Penelitian Muhammad Salim ini dilakukan pada 5 objek penelitian yang terdiri dari 3 lelaki dan 2 perempuan yang samasaekali tidak mengerti Bahasa Arab dan tidak mengenal Alqur’an.

Muhammad Salim melakukan sebanyak 210 kali penelitian yang dibagi dalam dua sesi, yaitu membacakan Alqur’an dan membacakan sebuah narasi Bahasa Arab yang bukan merupakan isi Alqur’an.Hasilnya, responden mendapatkan ketenangan sebanyak 65% saat mendengar bacaan Alqur’an dan mendapat ketenangan sebanyak 35% saat mendengarkan narasi Bahasa Arab yang bukan merupakan isi Alqur’an.

Selain itu, seorang dokter asal Malaysia, Dr. Nurhayati juga mengungkapkan dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia tahun 1977 bahwa pembacaan Alqur’an juga dapat memberikan ketenangan pada bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, bayi yang baru berusia dia hari menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang saat diperdengarkan ayat-ayat Alqur’an dari tape recorder.

Menurut seorang psikolog terkenal dan penulis buku psikologi, Dr. Paul A. Hauck mengenai arti sebuah buku bagi kesehatan emosional, “terlalu banyak orang berpendapat bahwa gangguan-gangguan emosional selalu membutuhkan terapi mendalam yang berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Psikologi tidak berbeda dengan geograpi. Keduanya dapat dipelajari melalui pengajaran di kelas dan keduanya dapat menggunakan buku-buku sebagai alat untuk memaksimalkan pengajaran.” Melalui Biblioterapi ini sudah biasa digunakan oleh para konselor. (Dikutip dari buku “Think Your Way To Happiness”, karya Dr. Windy Dryden & Jack Gordon).

Namun sayangnya di Indonesia, biblioterapi ini belum dikenal secara luas oleh semua kalangan. Biblioterapi telah dilakukan oleh kalangan tertentu yang memiliki hobi membaca tinggi. Mereka biasanya mendatangi konselor yang kemudian menunjukkan buku-buku tertentu untuk dijadikan sebagai terapi jiwa pada saat mengalami stress ringan. Sudah saatnya kita mulai membiasakan diri membaca buku-buku yang penuh inspiratif dan yang sesuai dengan suasana hati kita. Terlebih bagi kita orang Islam untuk membaca Alqur’an sebagai penyejuk jiwa.(*)