Riza & Rika: Masyarakat Aing Bantai Sudah Peduli Kesehatan

Mengikuti Bupati HST ke Desa Aing Bantai Pegunungan Meratus (Bagian 3)

SULITNYA, medan yang harus dilewati tidaklah menyurutkan rombongan Bupati HST menuju Desa Aing Bantai Kecamatan Batang Alai Timur (BAT). Dalam perjalanan dari Desa Batu Perahu menuju Aing Bantai, sempat terjadi kendala di lapangan. Ketika rombongan pertama, Bupati HST terlebih dahulu sampai ke desa yang dituju, sejumlah rombongan lainnya menunda perjalanan lantaran hujan yang cukup lebat di malam hari. Hujan itu membuat sungai yang harusnya dapat diseberangi berubah menjadi sangat tinggi/ dalam. Sementara, Tidak ada rute lain, jembatan ataupun jalan setapak yang bisa dijadikan jalur baru. Menyebrangi sungai merupakan jalan satu-satunya menuju desa.

PEJUANG KESEHATAN: Riza dan Rika, dua pejuang kesehatan Desa Aing Bantai yang setia berjuang meski di tengah medan berat yang harus dilewati.

Hari semakin malam, cuaca yang dingin mengharuskan rombongan berhenti sejenak beristirahat sembari menunggu debit air sungai menyurut untuk dapat menyebrang. Kurang lebih tiga jam rombongan yang tertunda berada di pinggiran sungai. Setelah itu, barulah debit air mulai menyurut, meski masih terlihat arus yang cukup deras.

Sekitar pukul 00.15 Wita, Minggu (29/1) rombongan yang tertunda baru tiba di Desa Aing Bantai. Ternyata, pengalaman melewati medan yang sulit tersebut juga sering dirasakan petugas kesehatan M Rizani yang juga saat itu berada dalam satu rombongan yang terlambat.

Rizani petugas kesehatan Puskesmas Tandilang Kecamatan Batang Alai Timur (BAT) HST, tepatnya di Desa Aing Bantai. Semenjak Mei 2016 lalu, Riza yang lulusan D3 Keperawatan Akper Murakarta Barabai bersama satu temannya, Rika Fitriani memang ditempatkan ke Desa Aing Bantai selaku PTT dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel. Saat berada di Poskesdes Desa Aing Bantai, Riza menceritakan pengalaman mereka. Kondisi di lapangan memang banyak mendapatkan kesulitan, jarak yang harus ditempuh dan juga tanjakan pegunungan yang hanya bisa dilewati berjalan kaki membuat tugas mereka terasa berat. Apalagi berhadapan dengan namanya alam bebas. “Istilahnya hukum rimba kalau sudah di alam seperti ini. Memang berangkat berdua saat di jalan berbeda dengan rombongan seperti kita saat ini,” ungkapnya menjelaskan.

Tantangan yang juga sempat mereka rasakan yaitu ketika awal pertama masuk ke Desa Aing Bantai. Masyarakat setempat, jelas Riza, awalnya belum terbiasa dengan pengobatan dan kurang akan kesadaran berobat, apalagi memeriksakan kesehatan mereka. Namun semakin lama, kebiasaan masyarakat akan kesehatan membaik. Saat ini, masyarakat bahkan sudah sangat peduli untuk memeriksakan diri setiap kali petugas kesehatan ke desa.

Hal serupa disampaikan Rika, warga Barabai yang juga bertugas di Aing Bantai. Awal tugas menurutnya, apa yang dijalaninya tidaklah mudah. Rika yang lulusan Gizi di Poltekkes Kemenkes Banjarmasin mengutarakan, melakukan perjalanan ke hutan merupakan pengalaman pertamanya. Sehingga, awal ditempatkan bertugas dirinya merasa tugas tersebut sangat berat, apalagi tidak ada pengalaman untuk di alam bebas. Beda halnya dengan Riza yang memang sebelumnya, memiliki jiwa petualang dan penggiat alam di HST.

Sudah tak terhitung dirinya merasakan jatuh, terpeleset, keseleo, bahkan digigit binatang seperti pacat (lintah) saat di perjalanan menuju Desa Aing Bantai. Namun semakin lama, rasa nyaman mulai timbul.

“Semuanya menarik. Tantangan rintangan pada perjalanan yang ekstrem memang harus selalu kami lewati. Namun kalau kita mengerti bagaimana menjalani dengan sabar, ikhlas dan niat tugas yang diemban, InsyaAllah selamat sampai ke tujuan. Saya percaya, akan ada pelangi setelah hujan,” ungkap Rika.

Kepada pemerintah daerah HST, Riza dan Rika berharap, pemerintah dapat memperhatikan dan mendukung tugas mereka di daerah sangat terpencil. Seperti dukungan transportasi, paling tidak untuk menuju Desa Batu Perahu. Karena, menuju Desa Aing Bantai, keduanya perlu dana untuk logistik pribadi, bahkan tidak jarang memerlukan porter untuk membawa obat-obatan. Untuk itu, mereka berharap, dengan adanya Bupati HST H Abdul Latif yang pertama kali meninjau Desa sangat terpencil, membawa perubahan untuk akses ke desa dan petugas kesehatan seperti mereka.()