Hari Ini NU Kalsel Laksanakan Harlah NU Ke-91
Sekaligus Memeringati Haul KH Abdul Qadir Hasan
PENGURUS Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Selatan melaksanakan peringatan Harlah NU ke 91 sekaligus Haul KH Abdul Qadir Hasan, Sabtu (11/2) hari ini. Acara yang akan dilaksanakan di Gedung Dakwah NU, KM 13 ini cukup istimewa, sebab akan dihadiri Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siraj dan di isi tausiyah agama oleh KH Ahmad Zuhdiannoor atau Guru Zuhdi.
Sekretaris PWNU Kalsel, Nasrullah mengatakan, semangat 91 tahun lahirnya NU merupakan momentum untuk terus mengawal Islam yang berpaham ahlu sunnah wal jamaah (aswaja). Ia pun memperkirakan, harlah ke-91 NU dan Haul KH Abdul Qadir Hasan ini akan dihadiri ribuan orang warga Nahdliyin.
Terkait sosok KH Abdul Qadir Hasan, Nasrullah menyampaikan bahwa KH Abdul Qadir Hasan merupakan pembawa pertama NU ke Banua. “Beliau murid kesayangan Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari. Bahkan, Syekh Abdul Qadir Hasan merupakan satu-satunya orang Banjar yang memegang Rais Akbar NU,” jelasnya.
Mantan anggota DPRD Kalsel ini pun menceritakan sejarah perjalanan Syekh Abdul Qadir Hasan yang merupakan sesepuh Pondok Pesantren Darussalam, karena pada 1922-1940 pernah menjadi pimpinan Ponpes Salafi yang telah mencetak ribuan ulama di Tanah Borneo itu.
Sebagai murid kesayangan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Jombang, KH Abdul Qadir Hasan mendirikan ormas Islam terbesar itu di Martapura, usai mengikuti Muktamar NU pertama di Surabaya pada 21 Oktober 1916.
Dari tangan KH Abdul Qadir Hasan ini, tradisi seperti bahtsul masa’il (membahas masalah keagamaan), serta lailatul ijtima (pengajian) kini dijaga warga Nahdliyin. “Jasa beliau selama era perjuangan mengusir penjajah, hingga masa pendudukan Jepang, patut kita contoh. Apalagi, pada awal kemerdekaan, beliau turut aktif memulihkan keamanan bersama almarhum KH Zainal Ilmi (Dalam Pagar Martapura),” kata Nasrullah menceritakan.
Dari itu semua, kata Nasrullah, semangat KH Abdul Qadir Hasan sebagai sesepuh gerakan gerilya di masa revolusi di Kalimantan, patut ditiru dan terus dijaga, ketika memberi semangat kekuatan moril bagi pejuang dalam mengusir tentara Belanda yang ingin menjajah kembali Tanah Air.
“Beliau wafat pada 11 Rajab 1398 H atau 17 Juni 1978 yang dimakamkan di kubah Jalan Masjid Agung Al Karomah, Pasayangan, Martapura. Besok (hari ini, red) kami peringati untuk menjaga semangat itu tetap hadir di hati umat Islam, terkhusus warga Nahdliyin di Banua Kalimantan Selatan,” paparnya.(fahriza)