Ponpes Darussalam, Ponpes ‘Panuhanya’ di Kalsel

PONPES Darussalam Martapura sebagai salah satu lembaga pendidikan agama Islam terbesar di Kalsel, memiliki koperasi yang dikelola secara Syariah. Koperasi pun menggelar Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2016 di Aula PP Darussalam, belum lama tadi.

Bupati Banjar H Khalilurrahman yang meresmikan RAT Koperasi Pesantren Darussalam Martapura berpesan, agar Rapat Anggota Tahunan ini dijadikan sarana evaluasi demi kemajuan perkembangan PP Darussalam.

“Koperasi PP Darussalam harus mampu menjadi badan usaha milik bersama yang berkualitas dan berinovasi, baik dalam program kerjanya maupun dalam pelayanannya kepada para anggota dan konsumen,” mantan Pimpinan Ponpes Darussalam Martapura itu berpesan.

DULU SEKARANG: Gedung belajar Ponpes Darussalam dulu dan sekarang yang semakin maju.

Pimpinan Ponpes Darussalam Martapura kini KH Hasanudin sendiri mempersilakan agar para anggota koperasi menyampaikan pendapat ataupun sarannya pada Rapat Anggota Tahunan kali ini, demi kemajuan Koperasi Pondok Pesantren Darussalam Martapura Kabupaten Banjar.

Ponpes Darussalam merupakan pesantren ‘panuhanya’ di Kalimantan. Sudah banyak ulama besar lahir dari pondok ini. Hampir seluruh silsilah murid-guru di Kalsel bamuara di pesantren ini.

Ponpes Darussalam didirikan 1914 oleh KH Jamaluddin, ulama besar kala itu, juga pemimpin ponpes awal Darussalam. Ponpes yang berdiri 14 Juli 1914 ini sangat berperan penting untuk sejarah perkembangan Islam di Kalimantan.

Ponpes pun menjadi contoh perkembangan pesantren-pesantren lain, setelahnya di Banua. KH Jamaluddin mendirikan ponpes ini untuk mengembangkan pendidikan Islam di Kalsel, karena Banua Banjar dikenal punya tradisi agama yang kuat.

Banyak ulama Indonesia yang mendunia, asalnya Banua Banjar. Setelah KH Jamaluddin wafat, penggantinya adalah KH Hasan Ahmad. Di awal berdiri, Darussalam memakai sistem pengajaran tradisional. Materi yang diajarkan terbatas bidang keagamaan saja.

Pun bangunan pesantren masih kecil. Pengajaran keagamaan berhalaqah saja, di mana santri duduk lesehan mengelilingi guru sambil mendengarkan materi keagamaan yang disuguhkan.

Darussalam makin maju kala dipimpin KH Kasyful Anwar. KH Kasyful Anwar menggantikan KH Hasan Ahmad. Memimpin pesantren mulai 1922-1940. Setelah pembaruan dibuat untuk mendongkrak pendidikan pesantren, KH Kasyful Anwar membangun gedung baru yang bertingkat, yang berisi 16 ruangan untuk belajar, juga kantor.

Selain itu, pembaruan yang dibuat KH Kasyful Anwar mamperkenalkan sistem madrasah yang menggantikan sistem pendidikan tradisional. KH Kaysful Anwar pun membuat pembaruan kurikulum.

Sampai sekarang, pendidikan di Darussalam dengan jumlah santri ribuan, sudah maju. Mengikut zaman, namun tetap memperlihatkan identitas Islam yang kental di Bumi Serambi Makkah, julukan Martapura.(didin/humas banjar/facebook)