“Selamat Milad Abah Haji…”
Guru Zuhdi: Do’akan Aku, Hidup Selalu dalam Syukur
Mabruk Alfa Mabruk Mabruuk alfa mabruuk… ‘Alaika mabruuk…
Mabruuk alfa mabruuk… Yawmmiiladik mabruuk…
SYAIR Qasidah ciptaan Imam Besar Front Pembela Islam, Habib Muhammad Rizieq Syihab yang dipopulerkan Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf tersebut, kemarin tampak menghiasi dinding-dinding facebook dan status BBM masyarakat Banua, khususnya warga Banjarmasin.
Rupanya, Jum’at (10/2) kemarin, merupakan hari milad atau hari kelahirannya ulama kharismatik asal Banjarmasin, KH Ahmad Zuhdiannoor atau yang oleh jamaah di majelisnya akrab disapa Guru Zuhdi atau Abah Haji. Sehingga, banyak status facebook maupun BBM yang menuliskan “Selamat Milad Abah Haji…” atau “Selamat Milad Guru Zuhdi…”.
Guru Zuhdi yang terlahir di Banjarmasin, 10 Februari 1972, genap berusia 45 tahun pada 10 Februari 2017 kemarin. Kepada Media Kalimantan, Guru Zuhdi mengakui bahwa 10 Februari merupakan tanggal kelahirannya. Walaupun ujar Guru Zuhdi, hatinya lebih cenderung menandai tanggal kelahiran di tahun Hijriyah, yaitu pada 5 Rajab.
“Tapi kada masalah (Tapi tidak mengapa). Artinya kita bersyukur, Alhamdulillah dalam hitungan tahun Masehi, 45 tahun sudah Allah memberikan karunia dan kesempatan kepadaku. Do’akan aku, hidup selalu dalam syukur. Supaya istilahnya, kasih sayang Allah selalu bertambah-tambah,” ungkap Guru Zuhdi saat dimintai harapan di momentum hari miladnya oleh Media Kalimantan, Jum’at pagi kemarin.
KH Ahmad Zuhdiannoor atau akrab disapa Guru Zuhdi atau juga akrab disapa Abah Haji, seperti diketahui merupakan ulama kharismatik asal Banjarmasin yang setiap majelis pengajiannya selalu dibanjiri ribuan jamaah. Untuk majelis umum, Guru Zuhdi atau Abah Haji mengisi sedikitnya empat majelis rutin. Yakni setiap Rabu malam di Komplek Pondok Indah Banjarmasin, Kamis malam di Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Jum’at malam di kediaman pribadi di Jalan Samping Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin, dan Sabtu malam di Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin.
Di samping itu, Guru Zuhdi juga mengasuh sejumlah pengajian khusus, diantaranya pengajian khusus Guru-Guru Agama. Tak jarang, Guru Zuhdi juga berkenan memenuhi hajat masyarakat yang memintanya untuk menyampaikan pesan-pesan agama dalam banyak acara. Baik di momentum peringatan haul ulama-ulama besar, maupun momentum hari-hari besar lainnya seperti saat Maulid Nabi, Isra Mi’raj, dan sebagainya.
Guru Zuhdi atau Abah Haji merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara, buah cinta pasangan KH Muhammad bin H Jafri dan Hj Zahidah binti KH Asli. Kepada Media Kalimantan saat wawancara kemarin pagi, Guru menyampaikan, kakak tertuanya adalah perempuan, namun sudah berpulang ke Rahmatullah. Selain kakak tertua, ada lagi satu saudaranya yang juga sudah berpulang, yaitu adik di bawahnya yang merupakan seorang laki-laki.
“Jadi dari sembilan bersaudara, saat ini nang (yang) masih ada betujuh (tujuh orang). Yaitu aku wan ading (dan adik) enam orang. Ading (adik) yang enam itu, dua lakian (laki-laki), empat bibinian (perempuan). Adapun nang (yang) lebih dahulu berpulang, itu kakak nomor satu bibinian (perempuan), dan adingku (adik saya), anak nomor tiga lakian (laki-laki),” ungkap Guru Zuhdi.
Mengenai sosok ayah ketika ditanya Media Kalimantan, Guru Zuhdi membenarkan bahwa ayahandanya ialah KH Muhammad bin Jafri yang merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah Landasan Ulin Banjarbaru setelah KH Muhammad Tsani (KH Muhammad Tsani adalah Pimpinan Pertama sekaligus pem-prakarsa berdirinya oleh Ponpes Al-Falah Banjarbaru (1976-1986). Dengan kata lain, KH Muhammad bin Jafri (ayah Guru Zuhdi) merupakan pimpinan kedua (1986-1993), red). Dengan KH Muhammad Tsani sendiri, terang Guru Zuhdi, juga masih terkait hubungan keluarga yang dalam bahasa Banjar disebut dengan istilah “Paranah Kai”.
“KH Muhammad bin Jafri itu Abah (ayah). Kalau dengan KH Muhammad Tsani, itu paranah kai. Paranah kai itu, kai tapi bukan kai langsung (Paranah Kai itu, kakek tapi bukan kakek langsung, red). Maksudnya, lain abah dari abah atau mamaku langsung. Tapi, masih ada raitan keluarga, dan kalau dirunut aku mengiau sidin Kai,” jelas Guru Zuhdi kepada Media Kalimantan yang kemarin memang minta dijelaskan secara lebih mendetail.
“Kalau kai langsung dimana aku manuntut ilmu, itu lawan kai dari mama, yaitu KH Asli di Alabio (Kalau kakek langsung dimana saya menuntut ilmu, itu dengan kakek dari ibu, yaitu KH Asli di Alabio, red). Jadi imbah aku kada lagi sekolah di Al Falah karena garing, aku balajar lawan Kai di Alabio (Jadi setelah saya tidak lagi bersekolah di Al Falah karena sakit, saya belajar dengan kakek di Alabio, red). Sidin itu ya KH Asli, abah dari mamaku. Sidin ulama di Alabio (Beliau adalah KH Asli, ayah dari ibuku. Beliau ulama di Alabio, red),” sambung Guru Zuhdi yang sangat istimewa berkenan memberikan penjelasan mendetail kepada Media Kalimantan, di momentum hari miladnya, kemarin.(khairil anwar)