Pengusaha Kuliner Merasa Paling Dirugikan

BANJARMASIN, MK- Tak stabilnya harga sembako di pasaran, membuat para pengusaha kuliner di Banua mengaku selalu dirugikan. Bahkan para pengusaha kuliner ini mengklaim, sering kali harus mengurangi persentase keuntungannya disebabkan kenaikan beberapa harga sembako secara mendadak.

“Menaikkan harga jual tentu tak bisa langsung kami lakukan. Salah-salah, konsumen protes dan malah tak mau membeli dagangan kami lagi. Pilihannya ya tetap bertahan dengan harga yang ada, walau harga bahan mengalami kenaikan semua,” jelas Owner Sambal ARB, Aulia Abdi kemarin.

Disebutkan Aulia, opsi menaikkan harga merupakan opsi terakhir akan dipilih. Sebab, pihaknya lebih memilih bermain aman dengan mengurangi keuntungan saja, apalagi di tengah kondisi daya beli masyarakat yang rendah saat ini.

“Terlalu berisiko kalau harus menaikkan harga. Lebih baik mengurangi margin keuntungan. Sebab ini penting agar loyalitas konsumen yang datang ke rumah makan kita terus terjaga,” tandasnya.

Hal yang tak berbeda disampaikan Manager Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kayu Tangi, Eko Waryono juga mengakui sering tak stabilnya harga sembako di pasaran cukup membuat bisnis kuliner di Kalsel sulit berkembang. Walaupun diakuinya, pasar bisnis kuliner di Kalsel terbilang menjanjikan, karena budaya masyarakat lokalnya yang suka berwisata kuliner diluar daripada makan di rumah.

“Keuntungan jadi kurang stabil karena harga sembako sering naik secara mendadak. Itu cukup membuat pengusaha sulit mendapatkan keuntungan yang kompetitif,” tandasnya.(arief)