Bupati Banjar: Besok (Hari Ini) Langsung Diperbaiki!
Samidri, Depalan Tahun di Rumah Tak Layak Huni (Bagian 2)
Pemberitaan tentang kondisi tempat tinggal Samidri sebagaimana dimuat di Media Kalimantan, Senin (13/2) kemarin ternyata langsung mendapat respon orang nomor satu di Kabupaten Banjar, KH Khalilurrahman. Bersama rombongan, kemarin Bupati Kabupaten Banjar itu langsung meninjau lokasi dan menjanjikan renovasi.
Catatan: Rudiyanto, Martapura
“YA ALLAH”! Begitu kalimat pertama yang terucap lirih dari Bupati Banjar KH Khalilurrahman, kala kali pertama melihat kondisi rumah Samidri, warga Gang Kai Balimau di Jalan Pelita, RT 10 RW 04, Kelurahan Tanjung Rema, Kecamatan Martapura, Senin (13/2) kemarin.
Penggalan kalimat ekspresi keterkejutannya dengan kondisi rumah yang sudah sangat tak layak huni. Keterkejutan bercampur keprihatian lantaran kondisi itu sudah temurun bertahun tahun dan tak terendus jajaran aparat pemerintah. “Besok (hari ini – red) akan langsung diperbaiki,” tandas Guru Khalil –sapaan akrab KH Khalilurrahman, red—yang memutuskan langsung menyambangi rumah Samidri selepas coffee morning, kemarin.
Dalam kunjungannya kemarin, Bupati tampak didampingi Kepala Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian, Farid Soufian, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Mokhamad Hilman, dan Ikhwansyah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar.
Menurut Bupati, apa yang dialami Samidri semestinya segera direspon cepat dan dilaporkan oleh aparat dari tingkat RT dan RW. Karena, tandasnya, peran dari RT dan RW memastikan warganya dalam kondisi baik. Bahkan jika diperlukan, ujar Guru Khalil, RT dan RW mengetok pintu setiap warganya yang memang dalam kondisi kesusahan, untuk memastikan warganya malam itu tidur dengan perut kenyang.
“Harus ada petugas yang cepat melaporkan. Bahkan jika perlu buat laporan langsung dengan tembusan langsung ke Bupati. Karena memang, jika ada laporan, akan langsung saya datangi dan tangani,” ujar Guru Khalil.
Seperti sebelumnya dimuat dalam rubrik Banua Kita Media Kalimantan, Samidri bersama istri dan tiga anaknya terpaksa menempati rumah tak layak huni di tengah himpitan ekonomi. Penghasilan dari hasil berjualan tahu keliling yang dilakoninya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan saban harinya.
Alhasil, Samidri hanya kuasa melihat tempat tinggalnya aus dan lapuk dimakan usia. Rumah berukuran sekitar 3×4 meter, kondisinya tak jauh lebih baik dari sebuah kandang ternak. (bersambung)