Nuansa dalam Musik Etnik

BANJARMASIN, MK- Etnomusikolog muda banua, Novyandi Saputra dalam sebuah obrolan mengatakan bahwa esensi dalam musik etnik ialah pada suasana yang terbangun dalam musik itu sendiri.

MUSIK: Etnomusikolog Novyandi Saputra (paling kanan) saat persiapan sebuah pertunjukan musik tradisional.

“Ketika alat musik panting digarap dan dimainkan dengan gaya pop, maka akan menjadi musik pop. Begitu juga sebaliknya. Karena yang penting itu adalah nuansanya,” ujarnya kepada MK, Minggu (19/2) kemarin.

Menurutnya, instrumen atau alat musik yang dipakai menjadi tidak penting lantaran musik etnik berbicara persoalan rasa serta nuansa kelokalan yang mewakili etnik tertentu. Bukan malah pada aransemen, performance, apalagi sekadar ketepatan waktu dalam penampilan.

“Nuansa adalah hal yang sangat mendasar untuk menjadikan garapan musik menjadi sebuah identitas kelokalan. Dalam hal ini menjadi sebuah kesalahan tafsir ketika salah satu even yang mengatasnamakan musik etnik dalam ketentuan penilaiannya tidak menonjolkan kekuatan pada suasana kelokalan atau etnik tertentu,” ujarnya.

Dijelaskan, di tengah keburaman identitas dalam nuansa musik lokal di Kalsel, baginya festival musik etnik seharusnya mampu memunculkan nuansa yang diharapkan.

“Jadi bukan sekadar memainkan alat musik yang dikolaborasikan. Saat membicarakan kolaborasi dengan teknologi dan musik modern, tata garap dalam musik etnik tidak semudah hanya menggabungkan berbagai alat musik menjadi satu komposisi saja,” terangnya.

Diharapkannya, sebuah kelompok membuat sebuah garapan musik etnik dapat melakukan penggalian agar karya yang dibuat dapat dipertanggungjawabkan. (ananda)