Petani Karet Kembali Begairah
MARTAPURA, MK- Sempat redup karena harga karet yang sempat terpuruk beberapa tahun, gairah para petani karet kembali ke kebun untuk menyadap berangsur kembali. Karena sejak semenjak jelang akhir tahun 2016 lalu, harga jual karet di tingkat petani mulai membaik. Dari yang semula fluktuatif di angka Rp4.000 – Rp5.000 per kilogram di kurun waktu dua tahun terakhir, menjadi Rp8.000 – Rp9.000 per kilogram.
Gairah kembali ke kebun untuk menyadap karet itu juga yang saat ini dirasakan Suyatno, salah seorang petani karet di Desa Pingaran Ulu, Kecamatan Astambul. Saban pagi sebelum adzan subuh berkumandang, pria parobaya ini sudah berjibaku di tengah kebun karet miliknya. Cahaya lampu senter yang melekat di kepala mejadi satu-satunya sumber penerangan di tengah kebun yang masih gelap gulita.
Perlu waktu kurang lebih dua jam baginya untuk menyadap semua pohon karet yang berjumlah kurang lebih 600 pohon di atas lahan satu hektare tersebut. “Saat hari sudah terang, menyadap sudah selesai,” kata Suyatno saat ditemui Media Kalimantan usai menyadap karet, Selasa (21/2).
Meski sekitar 600 pohon karet sudah rampung disadap, namun tugasnya belum purna. Rampung menyadap, sembari menunggu gelas wadah lateks terisi, Suyatno biasanya beristirahat sejenak di gubuk. Baru setelah sekitar satu hingga dua jam kemudian, ia kembali mendatangi satu per satu pohon karet untuk membekukan lateks dengan larutan air tawas. Ngobat, begitu para petani karet di desanya biasa menyebutnya.
Perlu waktu hingga satu jam untuk ngobat sekitar satu hektare pohon karet. Dan setelah lateks membeku -petani lazim menyebutnya lump-, Suyatno baru dapat mengumpulkannya untuk dibawa pengepul karet yang ada di desanya.
“Sekali sadap sekitar 40 kilogram. Dan Alhamdulillah harga karet sekarang sudah jauh lebih baik, jadi kami para petani senang dan kembali bersemangat kembali ke kebun,” kata Suyatno.
Senada Suyatno, gairah kembali ke kebun juga disampaikan Samidi, petani karet yang lain. Karena menurutnya, saat harga karet masih terpuruk, ia memilih mengistirahatkan sekitar dua hektare kebun karet miliknya. Namun setelah harga karet mulai membaik sekitar satu bulan terakhir ini, pohon karet yang sempat diistirahatkan kembali disadap.
Dipaparkan Samidi, dua hektare lahan kebun karet disadap bergilir, masing-masing satu hektare per hari. Baru setalah dua kali sadap, getah karet yang sudah beku diangkat dan dijual pada pengumpul yang ada di desanya.
“Harapannya tahun depan harga karet kian membaik. Syukur-syukur bisa seperti di tahun 2010-2011 saat harga karet di tingkat petani menyentuh harga Rp14.000 – Rp16.000 per kilogram,: harapnya. (rudiyanto)