Air Sedekah

ilustrator: djoen/mediakalimantan

Penulis: Almin Hatta

DI seluruh dunia ini banyak sekali orang yang gemar bersedekah. Juga tak sedikit orang yang bersedekah dalam jumlah berlimpah. Di sisi lain, ada lebih banyak lagi jumlah orang yang enggan bersedekah, atau belum siap untuk bersedekah. Alasannya jelas: memang tak ada kelebihan harta yang bisa disedekahkan. Artinya, dirinya sendirinya saja kekurangan, bagaimana mungkin berbagi dengan lain orang?

Dalam catatan sejarah, orang yang paling gemar bersedekah dan dalam jumlah yang paling banyak adalah Abu Bakar Siddiq ra. Karenanya, Umar bin Khaththab ra sempat iri kepada rekannya sesama sahabat utama Rasulullah Muhammad SAW tersebut.

Suatu hari, menjelang Perang Tabuk yang terjadi pada saat paceklik sehingga hampir semua orang dililit kesusahan, dan karenanya Pasukan Muslimin kekurangan dana untuk berangkat ke medan laga, Umar ra menyerahkan separoh dari seluruh harta kekayaannya. Umar kala itu sempat merasa bahwa dialah yang paling banyak bersedekah. Tapi, setelah dicek, ternyata Abu Bakar ra menyerahkan seluruh hartanya.

Karena itu Rasullullah SAW bertanya kepada Abu Bakar, “Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?”
Abu Bakar dengan enteng menjawab, “Aku tinggalkan Allah SWT dan Rasulnya Muhammad SAW.”

Sebuah jawaban yang secara kalimat terasa sangat sederhana. Tapi, sejatinya sarat makna. Intinya, keyakinan teramat tinggi akan keberadaan Sang Pemilik Kekayaan. Puncak keyakinan terhadap Sang Pemberi Rezeki, sehingga tak ada sedikit pun keraguan untuk berbagi meski harta sendiri sampai tak bersisa lagi.

Masalahnya, kita manusia biasa ini umumnya belum sampai pada tingkat keyakinan yang demikian. Kita pada umumnya masih takut kekurangan, takut tak ada yang dimakan jika harta yang memang tak banyak disedekahkan tanpa hitungan.
Maka, muncul tanya: bagaimana caranya agar tumbuh keyakinan bahwa sedekah itu sama sekali tak mengurangi harta seseorang, dan justru terus bertambah tanpa diketahui dari mana harta itu berdatangan, sebagaimana yang diajarkan Baginda Rasulullah SAW?

Pertanyaan tersebut dijawab Dr Agus Setiawan Lc MA dan Faisal Kunhi SHI MA lewat buku bertajuk ‘Salju di Tengah Gurun’. Pada satu cerita disebutkan bahwa uang (harta) itu bagaikan air penuh di dalam gelas. Jika ingin mendapatkan tambahan air, maka kosongkanlah gelas itu sebagiannya untuk membantu sesama. Nanti, ruang gelas yang kosong itu akan diisi atau terisi kembali.

Ketika kita enggan bersedekah, mereka pun mengumpamakannya dengan air pula. Disebutkan, uang itu bagaikan air yang jika ditahan menjadi kotor, tapi jika disalurkan menjadi bersih. Akhirnya, mengenai rezeki dan sedekah ini, mari kita renungkan ujaran Umar bin Khaththab berikut ini: Barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka Dia akan mencukupinya.***

Advertisement

No comments.

Leave a Reply