Neraca Pembayaran Luar Negeri yang Seimbang

Neraca Pembayaran Luar Negeri yang Seimbang

Neraca Pembayaran Luar Negeri yang Seimbang

Neraca pembayaran (Balance of Payment) adalah ikhtisar sistematis dari semua transaksi ekonomi dengan luar negeri selama jangka waktu tertentu dinyatakan dalam uang (biasanya dalam satuan dolar Amerika Serikat). Dalam neraca pembayaran tersebut beberapa hal penting yang perlu diketahui adalah Neraca perdagangan, Transaksi berjalan dan lalu lintas moneter. Sebagai gambaran berikut disajikan Neraca Pembayaran Indonesia seperti di bawah ini:

Neraca Pembayaran Indonesia

Perhatikan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada tahun tersebut mengalami surplus yang berarti nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor barang. Itu artinya kita mendapatkan devisa sebesar nilai surplus tersebut. Selanjutnya transaksi berjalan yang merupakan pengurangan dari neraca perdagangan dengan impor jasa ditambah dengan ekspor jasa bernilai positif berarti mengalami surplus, artinya nilai bersih ekspor barang dan jasa lebih besar dibandingkan dengan nilai impor barang dan jasa pada tahun tersebut.

Pada point E Lalu Lintas Moneter (LLM) pada tahun 2001 bernilai positif (yang berarti pada tahun itu terdapat cash inflow untuk menutupi selisih dari yang belum diperhitungkan. Bila selisih yang belum diperhitungkan positif itu artinya terdapat kelebihan cash hak Indonesia yang belum diperhitungkan mungkin saja karena selisih kurs, salah atau kekeliruan menghitung dan karena lain sebab, dan oleh karena selisih antara transaksi modal dengan transaksi berjalan mengalami defisit maka untuk menyeimbangkan anggaran Indonesia memerlukan dana cash dari luar. Sebaliknya misalkan selisih A dan B bernilai positif dan poin D negatif, maka pastilah LLM bernilai negatif yang pengertiannya sama dengan di atas), sedangkan pada tahun berikutnya bernilai negatif artinya cash outflow.

Dengan demikian secara umum neraca pembayaran luar negeri Indonesia pada tahun 2001-2003 mengalami surplus.

Dari segi tinjauan ekonomi murni neraca pembayaran yang surplus dan defisit umumnya tidak diinginkan oleh pemerintah suatu negara (neraca pembayaran surplus menyebabkan penawaran devisa lebih bayak di dalam negeri yang relatif akan menyebabkan nilai tukar mata uang lokal di dalam negeri menjadi lebih mahal, sehingga nilai impor akan semakin murah dan ini akan berdampak pada matinya industri asli di dalam negeri, dan dalam jangka menengah justru akan menguras devisa kembali.

Sedangkan bila neraca pembayaran defisit berarti jumlah penawaran devisa di dalam negeri semakin sedikit, dan ini akan berdampak pada semakin turunnya nilai mata uang lokal terhadap devisa tersebut sehingga nilai impor akan semakin mahal.

Bila ini terjadi maka industri di dalam negeri yang berbasiskan impor - bahan baku utama masih diimpor, akan mengalami kesulitan dan akibatnya adalah harga komoditi impor tersebut dijual dengan harga yang lebih mahal dan dapat ditebak yang akan terjadi adalah tingkat inflasi meningkat atau industri tersebut akan mati, akan tetapi dari segi politik neraca pembayaran yang surplus lebih diinginkan karena lebih mencerminkan ketekatan suatu bangsa untuk lebih maju dari pembangunan sebelumnya, dan juga memberikan gambaran betapa negara tersebut lebih baik mengelola perekonomiannya.

Baca Juga :