Politisi Gombal

ilustrator: djoen/mediakalimantan

Penulis: Almin Hatta

ZIG ZIGLAR adalah sebuah nama yang sangat familiar di Amerika. Maklumlah, pimpinan Zig Ziglar Corporation ini adalah salah seorang pengarang kenamaan. Buku karangannya sudah belasan, dan rata-rata terjual di atas satu juta eksemplar. Sebutlah misalnya Raising Positive Kids in a Negative World, Over the Top, atau Something to Smile About, yang rata-rata terjual sebanyak 1,5 juta copy.

Maka, ketika dalam salah satu bukunya Zig Ziglar menyatakan “Kalau Anda mempunyai satu impian, bangunlah dan kejarlah impian itu”, hampir semua orang mengangguk setuju. Sebab, keinginan yang tak pernah coba diwujudkan tak lebih dari sekadar angan yang melayang di awang-awang.

Begitu pula ketika ia menegaskan, “Dua cara yang pasti gagal: berpikir tapi tidak berbuat, atau berbuat tapi tidak pernah perpikir”, tak seorang pun yang berani membantahnya. Soalnya, “berpikir tapi tidak berbuat” tak lebih dari seorang pengkhayal sampai tibanya hari kiamat. Sebaliknya, “berbuat tapi tak pernah berpikir”, apa pula bedanya dengan seekor tapir yang siang malam berendam di air sampai tubuhnya menggigil?

Tapi, ketika Zig Ziglar menorehkan kalimat, “Politikus suka membual bahwa mereka meningkatkan ekonomi, jelas sekali mereka tidak bisa membedakan daging sapi dari daging babi”, saya jadi mencermatinya berulangkali.
Apa iya, para politisi sering membual keterlaluan? Apa iya, para politisi suka menggombal kelewatan? Apa iya para politisi tak mampu membedakan mana yang halal mana yang haram?

Memang, ketika masa kampanye banyak sekali politisi yang obral janji dan kemudian tak pernah ditepati. Tapi itu semua sangat bisa dimaklumi. Sebab, siapa pun yang sedang mengejar tujuan, tak segan-segan membuat pernyataan yang sulit dipertanggungjawabkan. Orang yang ingin meminjam, misalnya, gampang sekali bilang akan mengembalikan besok, lusa, atau paling lambat akhir pekan. Orang yang sedang jatuh cinta bahkan tak sungkan-sungkan memuja, “Kaulah rembulan, kaulah bunga kehidupan.”

Tapi, ketika kita mencermati perilaku sejumlah politisi belakangan ini yang tak pernah berhenti saling sikut kanan-kiri, yang dengan sangat mudah menelikung teman sendiri, yang tak sungkan saling menjatuhkan asalkan diri sendiri tampil ke permukaan, maka apa yang diungkapkan Zig Ziglar pada 1997 silam itu sudah sepantasnya menjadi bahan perenungan.

Soalnya, upaya beberapa politisi untuk mempertahankan kedudukan, atau upaya mereka untuk meraih kekuasaan, seringkali tak lagi mengindahkan kepatutan, dan bahkan tak jarang dengan mudahnya menafikan pertemanan dan bahkan dengan gampang melupakan persahabatan.

Karena itu, jangan salahkan jika Zig Ziglar dengan sangat keras mengatakan bahwa mereka tak bisa membedakan daging sapi dengan daging babi. Sulit memang di zaman sekarang ini membedakan mana yang halal mana yang haram, mana yang harus diperjuangkan, mana yang mesti disingkirkan. Alhasil, rakyat semakin kebingungan, sementara politisi gombal kian lupa daratan.***

Advertisement

No comments.

Leave a Reply