Aliran Kognitif
Psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Psikologi ini berhubungan dengan disiplin ilmu lain termasuk ilmu saraf, filsafat, dan linguistik. Salah satu teori yang paling berpengaruh dari aliran pemikiran ini adalah tahap-tahap perkembangan kognitif, teori yang diusulkan oleh Jean Peaget (Danim, 2011).
Para psikolog kognitif berpendapat bahwa Psikologi kognitif berkutat dengan cara kita memperoleh informasi mengenai dunia, cara informasi itu disimpan dan diproses oleh otak, cara kita menyelesaikan masalah, berpikir dan menyusun bahasa dan bagaimana proses-proses ini ditampilkan dalam perilaku yang dapat dinikmati (Solso dkk, 2007).
Ormrod (2009), menyatakan bahwa psikologi kognitif adalah perspektif teoritis yang memfokuskan pada proses-proses mental yang mendasari pembelajaran dan perilaku.
Menurut Danim (2011), psikologi kognitif umumnya dimulai dengan melihat bagaimana masukan sensori berubah menjadi keyakinan dan tindakan melalui proses kognisi. Aliran psikologi ini menempatkan penekanan besar pada eksperimentasi dan verifikasi, serta metode ilmiah pada umumnya. Psikologi kognitif berbeda dengan psikologi popular, secara eksplisit menolak bukti anekdotal introspektif sebagai dasar yang valid untuk teori-teori psikologi.
Menurut Piaget (1966), perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur
seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Menurut Willingham (2009) mengungkapkan bahwa, pendidikan adalah ilmu buatan. Psikologi kognitif berusaha untuk menggambarkan cara kerja pikiran. Tujuan ilmu-ilmu buatan adalah untuk membuat dunia menjadi lebih baik daripada yang seharusnya (more like it should be). Misalnya, guru merencanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang efektif untuk mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Berkaitan dengan ini, Willingham (2009) menulis,
“Knowledge of the mind gleaned from cognitive psychology experiments will not tell teachers how to teach children, any more than knowledge of physics can prescribe what a bridge should look like”.
Artinya:
“Pengetahuan tentang pikiran yang dikumpulkan dari eksperimen psikologi kognitif tidak akan memberi tahu guru bagaimana cara mengajar anak-anak, lebih dari pengetahuan tentang fisika dapat menentukan seperti apa jembatan itu.”
Dimana, hubungan psikologi kognitif untuk kepentingan pembelajaran di kelas adalah seperti hubungan fisika untuk keperluan pembangunan bidang teknik, misalnya pembangunan jembatan. Pengetahuan tentang pikiran psikologi kognitif yang diperoleh dari percobaan tidak akan memberitahu guru cara mengajar dengan baik. Namun, psikologi kognitif dapat menjelaskan prinsip-prinsip pikiran siswa beroperasi sebagai pedoman latihan (Danim, 2011).
Menurut Danim (2011) Guru-guru pada umumnya sudah tahu fakta kunci aktivitas di kelas perhatian sangat penting kepentingan siswa belajar. Karena itu guru harus mengetahui bahwa anak-anak cenderung sama cara
sumber :
https://www.tawakaltourtravel.co.id/aviation-empire-apk/