MODEL EVALUASI PENDIDIKAN

MODEL EVALUASI PENDIDIKAN

MODEL EVALUASI PENDIDIKAN

Pada konteks pembelajaran, evaluasi pada umumnya berorientasi pada tujuan pendidikan yang di dalamnya mencakup beberapa macam tujuan termasuk tujuan pendidikan nasional, tujuan institusi, tujuan instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus yang di dalamnya mengandung penampilan (Performance). Pada konteks yang lebih luas, evaluasi kurikulum maupun evaluasi sistem bervariasi sesuai dengan pilihan evaluator sendiri. Model evaluasi muncul karena adannya usaha eksplanasi secara kontinu yang diturunkan dari perkembangan pengukuran dan keinginan manusia untuk berusaha menerapkan prinsip-prinsip evaluasi pada cakupan yang lebih abstrak pada bidang ilmu pendidikan, perilaku dan seni (Sukardi, 2008).

Ada beberapa model evaluasi yang dikenal dan digunakan untuk mengevaluasi di bidang pendidikan. Pada kesempatan ini tidak semua model akan dibicarakn. Hanya beberapa di antaranya sebagai berikut:

 

Model CIIP (Context, input, process, product)

Evaluasi konteks (context) dimaksud untuk menilai kebutuhan, masalah, asset dan peluang guna membantu pembuat kebijakan menetapkan tujuan dan prioritas. Serta membantu kelompok mengguna lainya untuk mengetahui tujuan, peluang dan hasinya. Evaluasi masukan (input) dilaksanakan untuk menilai alternative pendekatan, rencana tindak, rencana staf dan pembiayaan bagi kelangsungan program dalam memenuhi kebutuhan kelompok sasarn serta mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi ini berguna bagi pembuat kebijakan untuk memilih rancangan, bentuk pembiayaan, alokasi sumber daya, pelaksana dan jadual kegiatan yang sesuai bagi kelangsungan program.

Evalusi proses (process) ditujukan untuk menilai implementasi dari rencana yang telah ditetapkan guna membantu para pelaksana dalam menjalankan kegiatan dan kemudian akan dapat membantu kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui program kerja dan memperkirakan hasilnya. Evaluasi hasil (product) dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menilai hasil yang dicapai-yang diharapkan dan tidak diharapkan, jangka pendek dan jangka panjang, baik bagi pelaksana kegiatan agar dapat memfokuskan diri dalam mencapai sasaran program maupun bagi pengguna lainnya dalam menghimpun upaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok sasaran. Evaluasi hasil ini dapat dibagi kedalam penilaian terhadap dampak, efektivitas, keberlanjutan, dan daya adaptasi (Stufflebeam et. Al.,2003)

 

Model Kesenjangan

Evaluasi model kesenjangan (discrepancy model) menurut provus (dalam Fernandes, 1984) adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara baku (standard) yang sudah ditentukan dalam program dengan kinerja (performance) sesungguhnya dari program tersebut. Baku adalah criteria yang ditetapkan, sedangkan kinerja adalah hasil pelaksanaan program. Sedangkan kesenjangan yang yang dapat dievaluasi dalam program pendidikan meliputi:

1) Kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan program

2) Kesenjangan antara yang diduga atau diramalkan akan diperoleh dengan yang benar-benar direalisasikan

3) Kesenjangan antara status kemampuan dengan standar kemampuan yang ditentukan.

4) Kesenjangan tujuan

5) Kesenjangan mengenai bagian program yang dapat diubah.

6) Kesenjangan dalam system yang tidak konsisten. Oleh karena itu model evaluasi ini memeiliki lima tahap yaitu desain, instalasi, proses, produk dan membandingkan.

 

Model Evaluasi Formatif

Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengadakan penyesuaian didalam kegiatan pendidikan begitu muncul kebutuhan, entah penyesuaian tersebut berkaitan dengan personal, materi, fasilitas atau berkaitan dengan objektif pembelajaran, atau bahkan dengan sikap diri sendiri.

Lingkup evaluasi formatif pada umumnya dibatasi oleh luas serta jangka waktu suatu pengalaman belajar. Misalnya dikelas atau saat lokakarya tetapi harus cukup rinci memasukkan sebanyak mungkin aspek pengalaman belajar sementara pembelajaran berjalan. Perilaku peserta didik, perilaku pengajar, interaksi pengajar-peserta didik, tanggapan peserta didik terhadap materi, dan metode pengajaran sera karakteristik lingkungan, semuanya merupakan aspek dari pengalaman belajar di dalam lingkup evaluasi formatif (proses) (Susan B. Bastable, 2002).

Sedangkan menurut Sukardi (2008) Evaluasi formatif bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan oleh seorang evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar. Fungsi evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan evaluator untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah diterapkan.

Model Evaluasi Sumatif (Hasil)

Tujuan dari evaluasi sumatif adalah menentukan efek atau hasil dari upaya pengajaran. Tujuannya adalah menjumlahkan apa yang terjadi sebagai hasil dari pendidikan . Evaluasi sumatif (hasil) mengukur perubahan yang terjadi akibat dari pembelajaran dan pengajaran. Lingkup evaluasi hasil sebagian tergantung pada perubahan yang akan di ukur yang pada gilirannya bergantung pada objektif yang sudah ditetapkan bagi kegiatan pendidikan itu. Evaluasi sumatif (hasil) berfokus pada jangka waktu yang lebih panjang. Evaluasi sumatif (hasil) lebih banyak membutuhkan keahlian untuk mengembangkan strategi pengukuran dan pengumpulan data, lebih banyak waktu untuk melakukan evaluasi, memerlukan pengetahuan tentang penyusunan data dasar dan kemampuan untuk melakukan perbandinga data yang dapat dipercaya dan valid setelah pengalaman belajar terjadi (Susan B. Bastable, 2002).

Evaluasi sumatif ini banyak dilakukan dilembaga pendidikan formal maupun pendidikan dan latihan (Diklat) yang dibiayai oleh sponsor. Fungsi evaluasi sumatif adalah sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi yang diperoleh dari hasil evaluasi sumatif , oleh para evaluator, kemdian secepatnya dianalisis guna menentukan posisi siswa dalam materi penguasaan materi pembelajarannya (Sukardi, 2008).

4.5 Model Pengukuran

Model ini dapat dipandang sebagai model yang tertua didalam sejarah evaluasi dan telah banyak dikenal didalam evaluasi pendidikan. Sesuai dengan namanya model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran didalam proses evaluasi pendidikan. Pengukuran menurut model ini tidak dapat dilepaskan dari pengertian kuantitas atau jumlah. Jumlah ini akan menentukan besarnya (magnitude) objek, orang ataupun peristiwa-peristiwa yang dilukiskan daam unit-unit ukuran tertentu. Dalam bidang pendidikan model ini telah diterapkan dalam proses evaluasi untuk melihat dan mengungkapkan perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, sikap mauun kepribadian (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).

Dalam hubungan dengan evaluasi program pendidikan di sekolah. Model ini menitikberatkan pada pengukuran terhadap hasil belajar yang dicapai siswa pada masing-masing bidang pelajaran dengan menggunakan tes (Dyer, 1960). Hasil belajar yang dijadikan objek evaluasi disini terutama adalah hasil belajar dalam bidang pengetahuan (kognitif) yangmencakup berbagai tingkat pengetahuan seperti kemampuan ingatan, pemahaman aplikasi dan sebagainya, yang evaluasinya dapat dilakukan secara kuantitatif-objektif dengan menggunakan prosedur yang distandarisasikan. Sehubungan dengan itu alat evaluasi yang lazim digunakan didalam model evaluasi ini adalah tes tertulis atau paper-and-pancil test. Secara lebih khusus lagi bentuk tes yag biasanya digunakan adalah bentuk tes objektif, yang soalnya berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah dan semacamnya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).


Baca Juga :