Pasar Ekspor Kopi Jabar Harus Diperluas
Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengatakan ekspor kopi dapat menambah devisa negara karena kedepannya kopi akan menjadi unggulan ekspor non migas nasional.
“Potensi ekspor kopi masih luas. Saat ini pasar kopi kita hanya Jepang
, Taiwan dan Belanda, ada negara lain tapi belum digarap dengan serius. BI akan mendorong perluasan pasar kopi ini,” katanya dalam kegiatan program sosial Bank Indonesia pemberian Saranan dan prasarana produksi kopi di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (9/11).
Kepala BI Jawa Barat Doni P Yuwono mengatakan konsumsi kopi di Indonesia masih kecil yakni hanya satu kilogram perkapita pertahun sementara rata-rata dunia konsumsi kopinya sudah mencapai 10 kilogram pertahun.
“Padahal Indonesia menjadi produsen kopi keempat tersebut besar setelah Brazil
, Vietnam dan Ekuador. Kondisi sungguh miris, mengingat lahan perkebunan kopi justru lebih luas dari empat negara tersebut,” ujarnya.
Ia menambahkan Sumatra masih terbesar dalam produksi, Jabar hanya 0,5 ton per hektar. Tapi ada 98 industri olahan kopi di Jabar yang mampu menyerap 23 ribu tenaga kerja.
“Jadi selain meningkatkan ekonomi, juga mampu menyerap pekerja . Ini yang membuat BI terus mendorong produksi kopi di Jabar dengan membuat klasterisasi,” tuturnya.
Apalagi Jawa Barat sudah memiliki Perda nomor 8 tahun 2013 yang menunjuk kopi sebagai salah satu komoditas strategis. Unik itu Bank Indonesia membuat sejumlah langkah untuk membantu peningkatan produksi kopi premium dari Malabar ini.
“Melakukan kajian dan pemetaan pasar, pendampingan, mendatangkan pelatih luar negeri
untuk meningkatkan kualitas kopi, memberikan bantuan alat produksi di hilir dan lainnya,” kata dia.
Namun menurutnya masih ada kendala dimana eksportir kopi yang berasal dari Jawa Barat masih sedikit, lebih banyak dari Medan dan Surabaya, meskipun kopi yang diekspor berasal dari Jawa Barat.
Ketua Gapoktan Rahayu Malabar Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Supriatna mengatakan menanam kopi dilahan seluas 238 hektare oleh 211 orang anggota. Padahal oduksi kopi jenis Arabica pertahunnya mencapai 480 ton.
“Kehidupan kami petani kopi saya jika semakin baik. Sebab selain memproduksi, kami juga kini sudah bisa mengolah biji kopi hingga memiliki nilai tambah,” ujarnya. jo
Baca Juga :
- BI Jabar Berikan Bantuan untuk Petani Kopi
- Era Teknologi, Menag Minta Peran Aktif Guru Besar
- Video Porno Ariel MK Tolak Permohonan Farhat Abbas
- Pengaruh Kelas Sosial dan Status