Pembentukan Budaya Islam
Secara garis besar, budaya Islam terdiri dari unsur pokok ajaran yang tetap dan unsur kreativitas manusia yang terus berkembang. Ada penulis yang menggambarkannya dengan orang tawaf: Ka’bah yang dikelilingi tidak bergerak, sedangkan orang-orang yang melakukan tawaf bergerak mengelilinginya. Ini berarti bahwa kreativitas itu, walaupun berkembang, selalu berada tidak jauh dari pokok-pokok ajaran. Kalau suatu saat menjauh, pasti ada usaha untuk mengembalikannya ke pokok ajaran lagi.
Pada mulanya kebudayaan Islam berkembang di kalangan bangsa Arab jazirah Arab yang hidup dengan peradaban yang sangat bersahaja, terutama jika dibandingkan dengan budaya Romawi Timur dan Persia yang ada pada waktu itu. Akan tetapi, dari segi budaya, Islam dan umatnya cukup akomodatif, sehingga peradaban bangsa-bangsa yang masuk ke dalam wilayah politiknya segera terserap dalam proses akulturasi yang melahirkan budaya Islam yang segar.
Sikap Islam terhadap peradaban dapat digolongkan menjadi tiga:
1. Menolak bagian-bagian dari peradaban yang bertentangan dengan prinsip ajaran Islam, semisal penyekutuan Tuhan, pemubadziran dan penindasan oleh manusia atas manusia.
2. Mendukung bagian-bagian dari peradaban yang berguna atau dapat menciptakan suasana kondusif bagi pengembangan masyarakat Islam. Misalnya, sistem administrasi negara, ilmu-ilmu alam dan teknologi.
3. Membiarkan hal-hal yang tidak memberikan kegunaan langsung kepada umat Islam dan tidak bertentangan dengan ajaran. Misalnya cara berpakaian, cara bercocok tanam dan model-model pembangunan rumah.
Akan tetapi kiranya perlu diingat bahwa kategori-kategori ini bersifat tarik ulur. Ada kalanya suatu hal dianggap bertentangan dengan ajaran Islam pada suatu saat, tetapi pada saat lain dianggap tidak demikian. Demikian pula sesuatu yang pada saat tertentu didukung, pada saat yang lain ditolak atau dibiarkan. Ini karena dalam pemahaman Islam pun terdapat perkembangan.
Sumber: https://www.dosenpendidikan.co.id/jasa-penulis-artikel/