Habibie, Masa Kepemimpinan Singkat Yang Terindah
Betapa relatifnya waktu. Alangkah sempurnanya Tuhan memberikan jatah waktu kepada setiap manusia.
Mempergantikan diantara manusia dalam peran ritmik seiring gerak semesta.
Tidak ada batasan dan definisi kesempurnaan waktu berdasarkan ukuran lamanya yang telah dijalani. Dengan pengertian ini, kita menyadari bahwa memanfaatkan waktu seberapa singkat pun yang diberikan dengan memberikan hasil terbaik, itulah kesempurnaan.
Habibie, mungkin tidak pernah berharap menjadi presiden. Kalau seandainya ia menginginkan jabatan presiden, tentu akan memilih waktu dan cara yang normal menurut hitungan wajar.
Namun, tak ada waktu dan kesempatan sempurna. Ia harus naik karena sebuah pergolakan.
Pagi itu, 21 Mei 1998, ia dilantik menggantikan Presiden Soeharto
. Sepuluh menit sebelum dilantik, ia adalah wakil presiden. Sepuluh menit berikutnya,
Habibie mengemban tugas maha berat.
Berapa relatifnya waktu. Betapa berharganya waktu walau hanya 10 menit. Bisik-bisik pun kemudian mengular. Hari demi hari.
“Mana bisa seorang pembuat pesawat terbang memimpin dan mengurus ekonomi negara dalam keadaan hancur?”
Masih kuingat betul sore itu. Seorang ekonom perempuan dengan ketus-sadisnya berkata di sebuah dialog televisi.
Ia mengatakan, “ini kerja macam apa? Nulis angka-angka indikator ekonomi saja salah.”
Memang ekonom itu menemukan angka kurang pas. Sebetulnya tidaklah fatal benar. Semisal mengatakan pertumbuhan ekonomi jeblok dikatakan meroket. Terjadi perbedaan hitungan antara tim ekonomi Habibe dan si ibu ini.
Pun, tim ekonom sang presiden merespon dengan tenang. Tidak ngotot melawan akal sehat macam jubir istana yang kita saksikan hari-hari ini.
Anda tentu tahu siapa ekonom perempuan hebat itu. Dia adalah menteri keuangan yang hari ini dengan lantang mengumumkan bahwa di bawah rezim ini telah terjadi angka kemiskinan terendah sepanjang sejarah.
Itu betul sekali. Padahal, turunnya angka kemiskinan menjadi 9 persen koma sekian itu adalah rangkaian proses kerja panjang sejak jaman Soeharto sampai sekarang.
Padahal, era sekarang hampir empat tahun, hanya berhasil menurunkan angka kemiskinan 1% saja! Dari angka 10 persen koma sekian di jaman SBY menjadi 9 persen koma sekian.
Sumber :