Catatan Akhir Tahun Bagian 1, Ketum IGI : Guru Indonesia, Penuhi Jumlahnya Baru Bicara Kualitas
Ketua umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhammad Ramli Rahim menyebut, di antara seluruh komponen pendidikan, guru menjadi faktor kegagalan dan kesuksesan yang paling pertama dan utama. Ketersediaan guru yang cukup dan berkualitas, menurutnya akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan.
“Jika guru tersedia dan berkualitas, belajar di bawah pohon pun tak masalah, jika guru tersedia dan berkualitas, bekas kandang kambing pun tak masalah buat menuntut ilmu, jika guru tersedia dan berkualitas, belajar di rumah yang sekarang dikenal dengan home schooling pun bisa,” ujar Ramli kepada Edupost.id, Selasa (26/12).
Sayangnya, kata Ramli, pemerintah telah salah membuat kebijakan terkait guru.
Pemerintah dinilai belum mampu mencukupi kebutuhan jumlah guru dengan standar kehidupan layak.
Pemerintah selama ini mengetahui, ratusan ribu sekolah di Indonesia kekurangan guru. Guru pensiun pun tak sebanding dengan pengangkatan guru. Tidak heran kemudian jika sekolah-sekolah di Indonesia harus menggantungkan masa depan bangsa pada guru-guru honorer.
Sekolah-sekolah di Indonesia, masih menurut Ramli, masih menggantungkan masa depan
bangsa pada guru-guru honorer yang masih bingung mencukupi kebutuhan hidupnya. Guru honorer ini hanya dapat menerima honor tiga bulan sekali yang tak cukup untuk makan sebulan.
“Sekolah-sekolah di Indonesia masih menggantungkan pendidikan anak-anak bangsa ini pada guru-guru honorer yang tak mampu membiayai anak-anak mereka untuk bersekolah dengan layak. Bahkan hari ini, kita akan sangat kesulitan mencari sekolah-sekolah negeri yang menjadi tanggungjawab utama pemerintah yang tidak menggunakan guru honorer,” katanya.
Sebagai salah satu organisasi profesi guru, IGI sejak lama meminta agar sistem honorer
dihapuskan dalam dunia pendidikan. Keberadaan guru honorer menurut pandangan IGI adalah bentuk ketidakseriusan pemerintah memenuhi janji kemerdekaan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain itu, IGI hingga saat ini juga masih selalu fokus pada upaya peningkatan kompetensi guru. Ketika kesejahteran guru bermasalah, ketika beban administrasi guru bersoal, IGI tentu tidak diam. IGI yakin, kompetensi guru bisa terganggu jika kelayakan hidup tak terpenuhi dan administrasi menjadi beban luar biasa.
Sumber :