Membangun Komunikasi Efektif

Membangun Komunikasi Efektif

Membangun Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif bagi pimpinan merupakan keterampilan penting karena perencanaan, pengorganisasian, dan fungsi pengendalian dapat berjalan hanya melalui aktivitas komunikasi. Dalam beberapa situasi di dalam organisasi, kadangkala muncul sebuah pernyataan di antara anggota organisasi, apa yang kita dapat adalah kegagalan komunikasi. Pernyataan tersebut mempunyai arti bagi masing-masing anggota organisasi, dan menjelaskan bahwa yang menjadi masalah dasar adalah komunikasi, karena kemacetan atau kegagalan komunikasi dapat terjadi antar pribadi, antarpribadi dalam kelompok, atau antar kelompok dalam organisasi.

Komunikasi bagi pimpinan merupakan aspek pekerjaan yang penting sebagai bagian dari fungsi organisasi. Masalah bisa berkembang serius manakala pengarahan menjadi salah dimengerti; gurauan yang membangun dalam kelompok kerja malah menyulut kemarahan; atau pembicaraan informal oleh pimpinan terjadi distorsi (penyimpangan). Dengan kata lain bahwa masalah komunikasi dalam organisasi adalah apakah anggota organisasi dapat berkomunikasi dengan baik atau tidak?

Komunikasi merupakan keterampilan dasar seorang pengawas sekolah, dan merupakan elemen penting dalam pelayanan, karena menyangkut kompetensi pengawas sekolah sebagai orang yang melayani kepentingan dan kebutuhan sekolah, utamanya kepala sekolah dan guru. Keterampilan dasar berkomunikasi bagi seorang pengawas sekolah adalah:

  1. Mampu saling memahami kelebihan dan kekurangan individu
  2. Mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
  3. Mampu saling menerima, menolong, dan mendukung
  4. Mampu mengatasi konflik yang terjadi dalam komunikasi
  5. Saling menghargai dan menghormati

Mengembangkan keterampilan berkomunikasi bagi pengawas sekolah dapat dilakukan dengan memperhatikan:

  1. Manfaat dan pentingnya komunikasi
  2. Penguasaan perilaku individu
  3. Komponen-komponen komunikasi,
  4. Praktek keterampilan berkomunikasi
  5. Bantuan orang lain
  6. Latihan yang terus-menerus
  7. Partner berlatih, untuk meningkatkan kemampuan adaptif berkomunikasi

Seorang pengawas sekolah perlu membangun jaringan komunikasi yang sehat, baik dengan Dinas Pendidikan, pihak sekolah, dunia usaha, maupun lembaga mitra lain. Analisis jaringan komunikasi dapat dilakukan untuk mengetahui:

  1. Peranan individu (karyawan) dalam penyaluran informasi organisasi, yang sekaligus juga menunjukkan pola interaksi antara individu tersebut dengan individu lain
  2. Bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi dan kelompok tertentu (klik)
  3. Keterbukaan/ketertutupan individu atau kelompok.

Peranan seorang pengawas sekolah dalam suatu jaringan komunikasi dapat sebagai :

  1. Opinion leader, individu yang diakui menguasai informasi (kuantitas dan kualitas) dan dengan informasi tersebut mampu mempengaruhi perilaku dan keputusan-keputusan yang diambil oleh individu, kelompok, atau organisasi. Opinion leader tidak selalu memiliki otoritas formal, bahkan pada umumnya merupakan pimpinan informal.
  2. Gate keepers, individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota organisasi. Individu yang menentukan apakah suatu informasi itu penting atau tidak untuk diteruskan/diberikan kepada pimpinan atau pegawai organisasi.
  3. Cosmopolites, individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber di lingkungan dan menyampaikan informasi organisasi kepada lingkungan.
  4. Bridge, anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan kelompok lain.
  5. Liaison, individu penghubung antar kelompok, dan bukan sebagai anggota salah satu kelompok tersebut.
  6. Isolate, anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi.

Posisi atau peranan pengawas sekolah dalam jaringan arus informasi akan mempengaruhi, antara lain:

  1. Tingkat kekuasaan (power), hubungan sosial, atau pengaruh individual dalam organisasi.
  2. Partisipasi dalam pelaksanaan tugas (intensitas dan kuantitas kegiatan organisasi, yang dapat berimbas pada peningkatan keterampilan/keahlian).
  3. Kepuasan terhadap arus informasi.
  4. Konsep diri.

Keterampilan dan sikap dalam berkomunikasi akan sangat menentukan bagaimana pengembangan kualitas pendidikan oleh pengawas sekolah. Terutama dalam membentuk jaringan kemitraan dengan share/stake holder dan tim kerjasama untuk melayani pelanggan. Jaringan kemitraan yang kuat dan saling menguntungkan yang dilayani oleh anggota tim kerjasama yang saling melayani, sudah pasti akan memperlancar pengembangan kualitas pendidikan. Pengawas yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan memadai dapat menyelesaikan berbagai masalah di lapangan. Masalah komunikasi antara lain disebabkan oleh pola birokrasi dan hubungan yang kaku sehingga tidak terpelihara situasi sesuai harapan pengawas maupun pihak-pihak yang disupervisi.

Baca Juga :